14 Februari 2009

2135 Mahasiswa Unej Terima BKM

KENDATI harga bahan bakar minyak (BBM) telah turun untuk ketiga kalinya, namun tak menghalangi cairnya Bantuan Khusus Mahasiswa (BKM). Sejak 12 Februari kemarin, mahasiswa sudah bisa mencairkan dana BKM dengan besaran 475 ribu per mahasiswa, 500 ribu dikurangi pajak sebesar 5 %.

Bantuan ini diberikan pemerintah untuk membantu mahasiswa miskin akibat kenaikan harga BBM pada Mei 2008 silam. Klausul pemberian BKM, sempat mendapat penolakan dari berbagai pihak, termasuk dari elemen mahasiswa.

Alasannya, pasca kenaikan BBM, salah satu pihak yang mengecam keras atas kebijakan yang diambil pemerintah itu adalah mahasiswa. Pemberian bantuan ini, lantas dianggap sebagai uang untuk menyuap mahasiswa agar tidak lebih lanjut melakukan penolakan akan kenaikan BBM.

Di Jember, mahasiswa juga melakukan aksi penolakan kenaikan harga BBM ketika itu. Sejumlah mahasiswa dari berbagai elemen, baik itu intra maupun ekstra kampus melakukan aksi turun ke jalan bersama para sopir angkot dan sejumlah elemen masyarakat menolak kenaikan BBM. Dalam aksi tersebut, suasana bahkan sempat memanas, karena pihak Pemkab Jember tidak mau memenuhi tuntutan dari demonstran, yakni Pemkab Jember harus mengeluarkan pernyatan tertulis menolak secara kelembagan kenaikan BBM.

Kendati kenaikan harga BBM ditolak sebagian besar mahasiswa, namun tidak sedikit pula mahasiswa yang menerima BKM. Di Uversitas Jember (Unej), seperti yang dijelaskan Dulkhalim Kabag Kemahasiswaan Unej, terdapat 2135 mahasiswa Unej yang menerima BKM. Jumlah penerimananya di masing-masing fakultas beragam, “ Tergantung proporsi jumlah mahasiswa di masing-masing fakultas. Di fakultas yang jumlah mahasiswanya banyak semacam Fakultas Ekonomi, tentu proporsi penerima BKM lebih besar,” jelasnya ketika ditemui di ruang kerjanya (9/02).

Untuk prosedur untuk mendapatkan BKM, syaratnya mudah Dulkhalim menambahkan. Mahasiswa hanya menunjukan berasal dari keluarga yang tidak mampu, berpenghasilan rendah. Caranya, dengan dibuktikan surat keterangan miskin dari desa/kelurahan.

Sejumlah mahasiswa menyayangkan kawan mereka yang menerima BKM. Salah satunya diungkapkan oleh Medika Mahasiswa Jurusan Manajemen 2007. Menurutnya, mahasiswa tidak konsisten dengan apa yang diucapkan, dahulu menolak kenaikan BBM, namun dengan menerima BKM berarti secara tidak langsung mereka menyepakati kenaikan BBM.

Pendapat berbeda diungkapkan salah seorang mahasiswa FE lainnya. Mahasiswa yang tidak menghendaki namanya untuk di-expose ini mengungkapkan, jika pilihan menerima BKM atau tidak merupakan kehendak tiap individu mahasiswa. “ Bolehlah ada mahasiswa yang menolak kenaikan BBM dan BKM, tapi biarlah mahasiswa lain untuk setuju dengan BKM,” tegasnya. Namun ketika mahasiswa itu ditanya mengenai pendapatnya atas kenaikan harga BBM, mahasiswa itu masih membutuhkan jeda untuk menjawab, menurutnya, “ Pemerintah juga kesulitan jika harus mensubsidi harga BBM yang semakin tinggi ketika itu,” jawabnya. [Nody Arizona]

baca lanjutan..

08 Februari 2009

Pemkab Akan Gusur PKL Kampus

WILAYAH kampus Universitas Jember merupakan salah satu daerah di Jember yang dipadati pedagang kaki lima (PKL). Hampir di setiap trotoar yang mengelilingi Unej selalu tampak PKL menjajahkan makanan. Pemandangan PKL ini tampak mulai pagi hingga malam hari. Bak ada gula ada semut, PKL terus bertambah banyak dari hari ke hari. Selain terdesak oleh tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup, bertambahnya jumlah PKL ini juga dipengaruhi kebutuhan mahasiswa yang harus selalu terpenuhi.

Menimbang keberadaan PKL di sekitar kampus yang mengganggu ketertiban dan keindahan kota, apalagi menjelang dilaksanakan BBJ (Bulan Berkunjung Jember) untuk ketiga kalinya pada Agustus mendatang, Pemkab Jember akan melakukan penataan PKL di sekitar kampus. Hal itu diutarakan Kepala Dinas Pendapatan daerah (Dispenda) Suprapto beberapa waktu lalu kepada media.

Rencananya PKL yang ada di sekitar kampus Unej, terutama yang berada di Jalan Jawa dan Kalimantan akan di relokasi ke tampat baru yang layak. Selain terkait masalah ketertiban dan keindahan kota, masalah kesehatan terkait sanitasi yang kurang baik juga menjadi sorotan Pemkab mengapa akan dilakukan penataan PKL,yang rencananya rampung bulan April mendatang.

Sayangnya setelah Ecpose melakukan konfirmasi pada PKL yang ada, didapati jika sampai saat ini mereka belum mendapat informasi dari pihak terkait akan rencana penataan PKL si sekitar kampus. Pernyataan itu disampaikan Sati (46), salah satu PKL yang berdagang makanan di jalan Kalimantan. “ Saya sudah dengar rencana itu, namun sampai sat ini belum ada informasi resmi,” katanya.

Menurut ibu yang menjadikan PKL menjadi satu-satunya sumber penghasilan yang dimiliki keluarganya. Dengan menjadi PKL sejak 2003, Sati mampu membiayai biaya pendidikan ketiga anaknya. Namun jika benar rencana penatan tersebut jadi dilaksanakn, dia tidak mengaku mau-mau aja dengan syarat disediakan lahan di tempat lain. “ Kalau digusur saja, bagaimana saja memenuhi kebutuhan hidup keluarga mas,” kata dia.

Hal senada juga disampaikan Sasmito, PKL yang mangkal di jalan Jawa, Sampai saat ini belum ada informasi terkait tindak lanjut penatan PKL didapatnya. Dia mengetahui rencana itu dari koran saja. Menghadapi rencana penatan PKL di sekitar kampus Unej, Sasmito menagtakan santai saja, masih rencana, dari dulu desas desus seperti itu sedah sering didengarnya, namun biasanya tidak ada tindak lanjut dari Pemkab sendiri.

Tambahnya, dia mengaku setuju-setuju saja terkait rencana tersebut asal dicarikan tempat baru. “Rencana penatan PKL itu menurutnya harus dicermati dulu, jangan asal dipindah saja. Penilitian terkait lokasi baru nantinya, jika benar-benar direlokasi harus dilakukan agar PKL tidak dirugikan dengan berkurang pendapatannya,” jelas PKL yang juga jebolan FE Unej ini.

Penataan PKL di jalan Samanhudi, Sasmito mencontohkan, karena tidak dicermati pelanggan PKL disitu, maka PKL dirugikan dengan berkurangnya pembeli mereka.

Mahasiswa yang menjadi pelanggan PKL tersebut memberi tanggapan terkait rencana tersebut. Riskinia, mahasiswa jurusan manajemen FE Unej misalnya, dia setuju rencana tersebut, agar lingkungan kampus terlihat lebih asri dan bersih. Namun untuk tempat dia mengusulkan harus dicarikan yang mudah dijangkau oleh pelanggan PKL, mahasiswa. “ Kalau sulit dijangkau, mahasiswa akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya,” ucap mahsiswa yang kos di jalan Jawa IV tersebut. [Nody Arizona]

baca lanjutan..