22 April 2009

Kembali Ingatkan Kecintaan Kita pada Bumi


”Merangkai Asa Wujudkan Bumi Lestari”, itulah sederet judul sebuah leflet yang dibagikan oleh sekelompok mahasiswa yang melakukan aksi di hari bumi yang jatuh pada 22 April hari ini. Berbagai macam elemen mahasiswa Jember yang menamakan diri Aliansi Mahasiswa Peduli Lingkungan ini melakukan aksi berupa long march dan juga teatrikal bertema kerusakan bumi. Aliansi yang beranggotakan berbagai macam organisasi ini, antara lain terdiri dari UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Kesenian dan UKM Pers Mahasiswa. Mereka antara lain UKM Kesenian Pusat, Panjalu, Dolanan, DKK, Titik, Tiang, Wismagita, LPME Ecpose, Tegalboto, Sardulo Anurogo, Lumut, Komsi, Kurusetra, LPMM Alpha, LPMF Prima, LPMS Ideas dan PPMI (Persatuan Pers Mahasiswa Indonesia) Kota Jember.

Berangkat dari Fakultas Teknologi Pertanian Unej, rombongan aksi kemudian berjalan melewati FKG dan turun ke Jalan Mastrip, Kalimantan dan berakhir di double W Universitas Jember. Meski aksi yang bertema Wajah Bumi Kekinian ini, sempat tersendat karena sulitnya mengatur lalu lintas antara Jalan Mastrip dan Kalimantan, namun aksi ini mampu menyedot perhatian masyarakat sekitar. Masyarakat nampak tertarik dengan adanya atraksi teatrikal besutan beberapa UKM Kesenian yang telah sengaja dipersiapkan beberapa hari sebelumnya.

Dari rapat koordinasi yang berlangsung pada tanggal 19 April lalu, diputuskan akan diadakannya aksi ini. Dalam rapat tersebut, Samsul Arifin, mantan Ketua Umum UKM Kesenian Pusat terpilih menjadi kordinator lapangan dalam aksi ini. ”Tujuan acara ini sebenarnya ajang kumpul-kumpul arek mahasiswa dan umum, kan jarang iso bareng, trus bentuk kepedulian meskipun sedikit, dan menghibur”, ujarnya ketika diwawancarai sesaat setelah aksi berakhir.
Dalam teatrikal yang ditampilkan, ada beberapa tokoh yang menggambarkan keadaan bumi saat ini. Dua orang berperan sebagai kekeringan, perlambang bumi yang telah rusak, kemudian dua orang lagi berperan sebagai perlambang bumi yang masih hijau. Keempat perlambang ini berjalan berderet di depan puluhan mahasiswa dengan baju hitam-hitam, yang mengikuti dari belakang sambil memunguti sampah yang mereka lewati. Sampah tersebut dibagi dalam dua gerobak, sampah organik dan sampah anorganik. Menurut Sari, anggota UKMK Kurusetra yang berperan sebagai tokoh perlambang kekeringan dalam teatrikal tersebut, pesan yang dibawa dalam teatrikal tersebut yakni mengungkapkan himbauan agar menjaga lingkungan tidak hanya dilakukan waktu Hari Bumi saja. ”Jangan cuma ingat saat Hari Bumi saja, tapi juga untuk dipraktekkan seterusnya”, ungkapnya singkat.

Setelah sampai di depan double W, rombongan ini disambut oleh rombongan lain yang menggelar aksi serupa. Selain mahasiswa yang tergabung dalam aliansi ini, ternyata aksi serupa juga digelar oleh organisasi non mahasiswa Gerimis. Selain melakukan long march dari pertigaan Jalan Karimata, Jalan Jawa, dan Kalimantan, Gerimis juga menggelar teatrikal yang bertajuk perusakan bumi oleh bahan-bahan kimia. Tokoh perlambangnya, digambarkan dengan seorang yang memakai baju dari bekas plastik sabun cuci.

Aksi semakin semarak. Setelah dari pihak Gerimis melakukan teatrikal, disusul oleh teatrikal dari Aliansi Mahasiswa Peduli Lingkungan. Kemudian setelah teatrikel selesai, parade angklung yang diiringi pembacaan esai oleh UKM Reog Unej, Sardulo Anorogo pun ditampilkan. Sebelum acara berakhir dengan foto bersama, doa untuk bumi pun dipanjatkan khusyuk.

Mengenai persiapan yang dilakukan hingga terbentuknya acara ini, menurut Samsul tidak mengalami kendala yang berarti. Namun yang kurang, hanya tidak bisa terlibatnya semua elemen mahasiswa. ”Tapi bila melihat prosesnya, teman-teman banyak yang senang dan lancar wae”, tambahnya. Secara umum ia mengungkapkan kepuasannya terhadap aksi yang berlangsung dari pukul 14.00 hingga 17.00 WIB ini.

Pada dasarnya aksi semacam ini memang perlu digelar untuk mengingatkan kita semua, bahwa bumi ini berhak dicintai dan dijaga kelestariannya. Selain itu, aksi semacam ini dapat pula menjadi refleksi kita semua, agar mencoba mengoreksi diri berapa banyak hal yang kita lakukan selama ini, yang nyata-nyata telah membuat bumi kian sakit. Benar apa yang diungkapkan Sari di atas, segala usaha dan bentuk pelestarain alam ini ”yang penting dipraktekkan”. Ada usaha dari kita untuk menjaga lingkungan sekitar kita. Mungkin dari hal kecil membuang sampah di tempat sampah saja, tapi bila dilakukan setiap saat, selama bertahun-tahun, tentu hasilnya juga akan meringankan beban bumi yang kini telah semakin berat oleh berbagai macam pencemaran. Ingat, tak hanya kita yang berhak menikmati bumi, tapi juga generasi setelah kita kelak juga berhak bernafas dalam udara yang bersih. []

0 komentar: