14 Juli 2009

Nasib Hima NR Terkatung-katung

SETELAH ditetapkan dengan keputusan Rektor Unej tentang perubahan NR menjadi reguler pada Januari lalu, maka mulai semester depan keputusan ini sudah harus diterapkan di masing-masing fakultas yang membuka program non reguler. Perubahan ini akan menyebabkan NR akan memiliki status sama dengan reguler. Persamaan status ini tidak hanya pada perkuliahannya saja tetapi juga dalam pengelolaan. Pada awalnya NR berada dalam wewenang kaprodi (kepala program studi) tetapi nanti hal itu akan berubah. Dekan FE M saleh mengatakan, nantinya di setiap jurusan ada kajur (kepala jurusan) yang mengelola mahasiswa reguler dan mahasiswa RS (reguler sore). Tetapi untuk pelaksanaannya kajur itu dibantu dua sekretaris, satu mengurusi reguler dan satunya lagi RS.

Peleburan non reguler menjadi reguler kemudian disebut RS juga membawa sebuah wacana baru yang menyangkut kelangsungan Hima NR (Himpunan Mahasiswa Non Reguler). Selama ini Hima NR yang notabenenya menjadi salah satu himpunan mahasiswa yang mengkhususkan diri pada mahasiswa NR harus menghadapi sebuah pewacanaan, yaitu peleburan dengan himpunan mahasiswa reguler lain yang disesuaikan dengan jurusannya. Pewacanaan ini juga diungkapkan oleh Dekan FE ketika ditemui di ruang kerjanya (11/6), ”Mengenai peleburan Hima NR, nanti kita pikirkan lagi kalau bisa di merger ya di merger saja. Kan nantinya reguler dengan NR tidak ada bedanya,” paparnya.

Seandainya peleburan itu benar terjadi maka sangat disayangkan, karena pada awal berdirinya, Hima NR digagas untuk mengusung sebuah persamaan hak bagi mahasiswa NR dengan mahasiswa reguler. Disini Hima NR dibentuk untuk penyampai aspirasi mahasiswa NR. Pernyataan ini diungkapkan oleh Ketua Umum Hima NR Hosnol Hotimah. Sebagai tempat penyampai aspirasi maka Hima NR juga akan membangun sebuah komunikasi bagi mahasiswa entah itu komunikasi antar mahasiswa sendiri atau dengan fakultas. Hal ini dibuktikan dengan pengadaan dialog interaktif dengan dekanat saat pensosialisasian RS kemarin. Selain itu, Hima juga sering mengadakan acara-acara yang disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa NR. ”Acara-acara ini tidak hanya memfokuskan pada satu jurusan saja, tetapi berusaha mencakup ketiga prodi NR (Manajemen, IESP dan Akutansi),” tambah Hosnol lagi.

Pentingnya keberadaan Hima NR sebagai wadah aspirasi bagi mahasiswa dirasakan oleh Wahyu Arisandi, mahasiswa jurusan Manajemen NR ’06, ”Hima sangat berguna kerena menjadi salah satu wadah kegiatan khusus anak NR,” katanya. Selain itu, ditambahkannya pula bahwa Hima sering proaktif dalam memberikan pendampingan dalam penyelenggaraan kegiatan NR.

Mahasiswa yang aktif di KSPM dan KSPE ”CEER” ini mengatakan, bahwa budaya berorganisasi bagi mahasiswa NR bisa dikatakan rendah, itu terindikasikan dari sedikitnya mahasiswa NR yang aktif dalam kegiatan UKM. Dia memberikan beberapa penyebab rendahnya budaya itu. Salah satunya karena ada mahasiswa NR yang bekerja, mereka telah disibukkan dengan pekerjaannya. Kalau bagi mahasiswa NR lainnya mereka terhalang oleh jam kuliah malam karena di jam-jam malam jarang ada UKM yang beraktifitas.

Rendahnya keinginan mahasiswa NR itu dirasakan oleh Ferdian Rohman, mahasiswa Manajemen ’08. Bagi dia, alasan itu akibat kesibukan dari para mahasiswa yang kebanyakan telah bekerja. Selain itu juga pola pikir mereka yang kebanyakan lebih cuek, kecuekan mereka terlihat waktu pulang kuliah, ”Kebanyakan mereka langsung pulang, jarang sekali mahasiswa terlihat ngumpul-ngumpul,” kata mantan Ketum Himadita itu.

Rendahnya tingkat keaktifan mahasiswa NR terhadap keorganisasian itu, maka keberadaan Hima NR menjadi sangat berarti. Keanggotaan organisasinya yang dikhususkan bagi mahasiswa NR sehingga bisa lebih mudah menyesuaikan dengan iklim mahasiswa NR.

Melihat pentingnya keberadaan himpunan yang berdiri sejak 2006 ini membuat para pengurusnya berusaha mempertahankan keberadaan organisasinya dari wacana peleburan. ”Seandainya wacana peleburan itu terealisasi, maka harus ada solusi yang terbaik untuk menggantikannya,” tambah Hosnol. Karena begitu beratnya melepas Hima, maka pengurus telah mengajukan proposal guna penggantian nama Hima NR menjadi Himares. Sehingga keberadaannya akan tetap ada dan hanya berganti nama.

”Memang benar Hima NR telah mengajukan proposal guna penggantian nama dan kini masih menunggu turunnya SK,” kata Agus Lutfhi selaku PD III yang masa jabatannya berakhir 15 juni kemarin. Selain itu, ditambahkannya bahwa apa yang terjadi nanti pada kelangsungan Hima NR masih akan dimusyawarahkan bersama mahasiswa-mahasiswa lainnya, karena himpunan mahasiswa pada dasarnya dari dan untuk mahasiswa.

Keberlangsungan keberadaan Hima NR juga dianggap masih perlu oleh Ferdian, bagi dia bila ada penggabungan maka akan kurang efektif untuk pengorganisasiannya. ”Jumlah mahasiswa NR yang begitu banyak sangat tidak terwakili bila wadahnya digabung dengan himpunan reguler,” sanggahnya lagi.

Menanggapi nasib dari Hima NR yang terkatung-katung ini PD III yang baru, Fathurrazi mengatakan bahwa kelangsungan keberadaan Hima NR masih menunggu jalannya perkuliahan RS semester depan, entah itu ada penggabungan atau perubahan nama saja. Hal itu masih belum ada pembahasan lebih lanjut. [Dina Margrit A] Buldokc No. 42 I Juni 2009

0 komentar: